Hal Unik
3 Hal unik tentang bunga Higanbana / Red Spider Lily
Lycoris radiata (Hanzi:
彼岸花, Jepang: ヒガンバナ, bahasa
Inggris: Red spider lily)
adalah bunga dari keluarga amaryllis, Amaryllidaceae, subfamili dari Amaryllidoideae. Bunga ini berasal dari Tiongkok, Korea dan Nepal, lalu ke Jepang kemudian ke Amerika hingga akhirnya ke seluruh dunia.
Bunga ini diperkirakan dinaturalisi di Seychelles dan di Kepulauan
Ryukyu. Bunga ini mekar pada
akhir musim panas sampai awal musim gugur dan sering dikaitkan dengan hujan lebat.
Bunga cantik yang masih tergolong dalam
keluarga amaryllis ini disebut red spider lily. Namun warga Jepang lebih akrab
dengan nama higanbana. Bagi warga negeri sakura,
bunga cantik berwarna merah ini berkaitan dengan kematian.
Berikut adalah fakta menarik tentang bunga Higanbana :
1. Bunga yang beracun
Higanbana memiliki umbi yang beracun.
Racun tanaman ini cukup berbahaya, karena itulah para petani biasa menanamnya
di pinggir sawah. Tujuannya adalah untuk mencegah tikus dan berbagai jenis hama lain
mendekati padi.
Lambat laun warga Jepang juga mulai
menanam higanbana di sekitar makam. Saat itu warga Jepang belum terbiasa dengan
prosesi kremasi seperti sekarang. Dengan menanam higanbana, diharapkan
bunga-bunga tersebut akan mencegah hewan buas memangsa jasad manusia yang masih
segar. Dari sanalah awalnya higanbana dikait-kaitkan dengan kematian.
2. Bunga kematian
Menurut Japan Visitor, higanbana
berasal dari kata higan yang berarti 'pantai yang lain'. Kata ini diartikan
sebagai alam baka, tempat berkumpulnya roh-roh yang sudah meninggalkan dunia
manusia. Warga Jepang biasa merayakan equinox musim gugur dengan bunga
higanbana. Mereka menjalankan ritual upacara di makam leluhur dan menanam
higanbana di dekat kuburan sebagai bentuk penghormatan.
Selain kematian, higanbana juga
terkait erat dengan perpisahan. Sebagian warga Jepang percaya kalau melihat
seseorang untuk terakhir kalinya, bunga-bunga higanbana akan bermekaran di
sepanjang jalan.
3. Legenda sedih manju dan saka, dua penjaga higanbana
Daun dan bunga higanbana tidak pernah
tumbuh bersamaan. Jika bunganya mekar, daun-daunnya akan jatuh berguguran.
Ketika daunnya tumbuh menghijau, giliran bunganya yang layu. Hal ini
melatarbelakangi sebuah legenda sedih tentang sepasang kekasih yang tak pernah
bisa bersatu.
Dilansir Project Gutenberg, dahulu
kala ada dua peri yang bertugas menjaga higanbana yang tumbuh di Diyu (neraka).
Manju bertugas menjaga bunganya, sementara Saka diperintah untuk menjaga
daunnya oleh Dewi Amaterasu. Keduanya dilarang meninggalkan tempat
masing-masing. Namun karena penasaran, suatu hari kedua peri tersebut bertemu
saat daun higanbana tumbuh mencapai kelopak bunga. Mereka pun jatuh cinta pada
pandangan pertama.
Sayangnya pertemuan mereka diketahui
oleh Amaterasu. Sang dewi murka karena kedua peri itu tak mengindahkan
perintahnya. Amaterasu pun mengutuk keduanya agar tidak pernah bisa bertemu
lagi. Sejak saat itu bunga yang dijaga Manju tidak pernah lagi tumbuh dalam
waktu yang sama dengan daun Saka.
Posting Komentar
0 Komentar